Mahasiswa SPI STIABI Riyadlul Ulum melakukan praktikum lapangan (Foto: Dok. Condong Online)

CONDONG-ONLINE.COM, Tasikmalaya – Sabtu,(6/11/2021) mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Adab dan Budaya Islam (STIABI), prodi SPI semester 1, melaksanakan kegiatan praktikum lapangan Bersama. Kegiatan ini dilaksanakan satu kali dalam semester dengan harapan para mahasiswa mendapatkan wawasan dalam pengkajian suatu objek. Kali ini, situs sejarah yang dituju terdiri dari tiga lokasi, yakni Astana Gede, Karang Kamulyan, dan Gunung Susuru yang terletak di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.

Selain mahasiswa, ada juga beberapa dosen pembimbing yang menyertai, yaitu Bapak Rezza Fauzi, dan Bapak Dian Prayoga. Di sela-sela perjalanan mereka menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan situs sejarah yang dikunjungi. Selama kegiatan observasi, mahasiswa ditugasi untuk mengamati semua situs yang dikunjungi, dan wajib membuat laporan hasil observasi di akhir kegiatan.

Tempat pertama yang dikunjungi adalah Astana Gede. “Astana Gede ieu teh nyaeta sisa-sisa bukti bahwa aya kerajaan anu berdiri di daerah Kawali, Ciamis. Nyaeta kerajaan sunda Galuh.” Papar Pak Dian selaku Dosen SPI. Di sana mahasiswa melihat peninggalan berupa prasasti, makam Adipati Singacala, sumur pemandian raja-raja pada saat itu, dan lain-lain.

Salah satu situs sejarah yang dikunjungi mahasiswa SPI STIABI Riyadlul Ulum (Dok. Condong Online)

Selanjutnya di tempat kedua yaitu di Karang Kamulyan yang memiliki luas wilayah 25 ha. Di tempat ini ada beberapa peninggalan berupa singgasana raja, tempat kumpul raja, dan prasasti-prasasti peribadatan pada saat itu.

“Tah nu ngarana kerajaan mah moal jauh tinu cai, contohnya ini di ujung tempat ini ada sungai, bahkan dua sungai langsung bermuara, yaitu sungai Cimentur, dan Citanduy, yang menyatu jadi satu.” Ucap Pak Rezza selaku dosen SPI. Karena memiliki tempat yang sangat luas dan merupakan hutan lindung, tak heran masih banyak satwa lokal, seperti monyet, burung, dan ikan di sana.

Setelah selesai dari destinasi yang kedua, perjalanan berlanjut menuju Gunung Susuru yang terletak di daerah Ciamis, Jawa Barat. Tempat ini merupakan bukit yang diapit dua sungai yaitu sungai Cileueur dan Cimentur. Penamaan Susuru sendiri, menurut Ki Adang selaku kuncen di sana yang sudah sejak tahun 90-an mengurus Gunung Susuru, “Baheula mah tempat ieu teh dikurilingan ku taneman nyaeta taneman Susuru.”

Susuru merupakan tanaman sejenis kaktus yang tumbuh pada saat itu, dan hari ini pun masih ada namun hanya sedikit karena dibersihkan agar tidak menghalangi jalur penelitian pada saat itu.

Dalam penjelasannya, Ki Adang memberi tahu beberapa lokasi yang ada peninggalan sejarahnya, yaitu ada empat batu yang dinamai batu Patapaan, Punden Berundak, dan Goa.

“Batu Patapaan ini bukan batu untuk bertapa melainkan batu untuk meletakan sejenis persembahan terhadap raja yang sudah mati, di bawah batu pun ditemukan kendi berisi abu mayat hasil pembakaran raja.” Tutur Ki Adang, pada saat menjelaskan fungsi batu Patapaan.

Selain itu ada tempat yang cukup menggugah para mahasiswa yaitu, adanya goa yang diberi nama Goa Kemuning. Pada saat meninjau goa tersebut para mahasiswa terpukau karena struktur goa yang unik dengan akar yang melintang. Menurut penuturan Ki Adang, di dalam goa tersebut terdapat barang berharga seperti emas, besi, perak dan lain lain. Ki Adang juga menjelaskan bahwasanya ada beberapa goa lainnya, tapi dia mengatakan bahwasanya kebanyakan goa sudah tertutup batu jadi tidak bisa dilihat.

Foto bersama Mahasiswi SPI Semester 1 di depan pintu gerbang destinasi sejarah (Foto: Dok. Condong Online) 

Pada akhir kegiatan observasi ini, pihak STIABI memberikan cinderamata dan nota kerja sama dengan pihak pengelola tiap situs. Denga demikian, ke depannya ketiga tempat tersebut akan jadi tempat yang dikunjungi setiap tahunnya.[]

Tips and Inspiration / Rihlah    Dibaca 1.006x