Anak Belum Diprioritaskan dalam Penataan Kota/Kabupaten

Foto: Republika/Mahmud Muhyidin (Seorang anak bermain sepatu roda di di Taman Veteran, Jalan Ahmad Yani, Kota Bandung, Ahad (15/1).

CONDONG-ONLINE - Anak menjadi kelompok yang masih termarjinalkan di negeri ini. Bahkan di daerah,seakan urusan anak hanya menjadi urusan badan perempuan dan tidak terkait dengan bidang atau dinas lain seperti pendidikan, pekerjaan umum, kesehatan, sosial dan lainnya.  Padahal karakter anak dibentuk oleh kotanya di mana ia tinggal.

Hal itu disampaikan Kepala Badan  Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat DIY Arida Oetami dalam focus group discussion (FGD) ‘Review Pelaksanaan Kebijakan TentangKota/Kabupaten Layak Anak (KLA) di DIY, yang diselenggarakan Departemen Perempuan dan Anak ICMI DIY, Fishum UIN Sunan Kalijaga, KIJ, P2GHA, dan Annisa di Fakultas Ilmu Sosial dan Humnaiora UIN Sunan Kalijaga, Kamis (9/2).

Akibatnya, kata Arida, tidak ada koordinasi untuk memberi yang terbaik pada anak. Bahkan masih ada ego sektor antara pusat dan daerah dalam mengurus anak. Penataan kota/kabupaten belum memberikan pertimbangan kepentingan anak.

Bagaimana rancangan kota yang ramah anak menurutnya juga belum dijadikan pertimbangan dalam mengembangkan kota. Dia menambahkan , pembangunan bandara baru mendatang, bila tidak dibangun ramah anak dikhawatirkan akan meningkatkan kekerasan pada anak danjuga perdagangan anak/perempuan.

Dr Alimatul Qibtiyah dari Kalijaga Institute for Justice (KIJ) melihat bahwa bandara di Yogyakarta yang sekarang  sudah memberi ruang untuk berselfie. Karena memang ada tempat yang cukup cantik untuk berfoto, namun belum memberikan ruang yang ramah anak.

Sebagai sebuah fasilitas publik, menurut Alimatul, bandara menjadi kalah sensitif dengan mall dalam menyediakan ruang untuk anak. Sebuah realita yang harus diakui bila kadang kala pelaku bisnis menjadi lebih sensitif dengan kebutuhan anak, dibandingkan pemerintah.

Yogyakarta, ujarnya, cukup menarik dengan memiliki taman pintar yang luar biasa sebagai tempat belajar sekaligus alternatif berlibur bagi anak. Namun menurut aktivis Aisyiyah tersebut, taman pintar perlu melakukan kreasi baru agar tidak membuat anak-anak Yogyakarta menjadi bosan bermain di situ. Karena itu perlu ada perpustakaan yang lebih lengkap sekaligus ruang pamer kreativitas anak yang bisa menjadi alternatif bermain sekaligus mengembangkan bakat dan minat.

Family / Parenting    Dibaca 2.361x


Artikel Lainnya


Beri Komentar

  • TENTANG KAMI

    Majalah condong online seputar berita dan artikel tentang kajian/dunia islam, tips & inspiration, family, event, radio online, dll.

  • CONDONG-ONLINE.COM

  • Pengunjung Website