Pengabdian Cerdas, Investasi Berkualitas

Oleh, Hania Novianty N

 “Sebaik Baik Manusia Adalah Yang Paling Bermanfaat Bagi Orang Lain”

(HR. Thabrani dan Daruquthni)

Menjadi manusia berkualitas dan berprestasi merupakan idaman setiap individu. Di zaman  serba praktis ini, orang-orang berlomba mengejar status yang mereka dambakan. Segala daya dan upaya dikerahkan untuk pencapaian tersebut. Karena kesibukan mengejar prestasi pribadi, sesaat manusia lupa untuk apa mereka diciptakan di dunia ini. Yaitu hanya untuk beribadah kepada Allah SWT.

Sebagai manusia, menjadi Hamba Allah yang baik  cukup dengan satu jurus, yaitu menjadi bermanfaat bagi manusia lainnya. “Khoirunnasi Anfa’uhun Linnasi” . Berusaha bukan hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk kemaslahatan sekitar. Menebarkan kebaikan dibalik kejamnya dunia. Menyiramkan kelembutan dibalik kerasnya hidup. Menumbuhkan benih-benih keikhlasan dibalik perhitungan angka dan keuntungan.  Menguatkan pilar-pilar kejujuran dibalik sandiwara drama kehidupan. Membentuk idealisme dan membongkar praktik pragmatisme. Serta memperteguh persatuan dalam atap keimanan dan fondasi Islam. Kapan kita berusaha untuk mewujudkan pribadi yang demikian? Tak akan kita temukan waktu yang tepat bila kita hanya berfikir tanpa memulai.

            Banyak orang berusaha terjun ke lapangan yang jauh dari kediamannya hanya sekedar menebarkan manfaat bagi daerah yang kemungkinan tak pernah tersentuh jiwa perjuangan untuk berkembang. Banyak komunitas terbentuk dengan sebuah komitmen menyisihkan waktu dari aktivitas utama untuk berkarya dan merangkul banyak jiwa lemah yang membutuhkan. Sebagian orang merasa kosong dan hampa hatinya karena kurangnya arahan untuk aspirasi kebaikannya. Namun, Pondok Pesantren Riyadlul Ulum Wadda’wah yang dikenal dengan Condong memberikan kesempatan emas yang tak kita sadari keistimewahannya. Di sinilah ladang amal dan ibadah yang bukan hanya menghasilkan pahala namun juga pribadi dengan mental kuat dan karakter ideal.

            Para guru pengabdian yang sebagian besar belum menyandang gelar sarjana di pinjami wibawa untuk mengajar, mendidik dan mendampingi para santri di pondok disamping proses belajarnya yang belum usai. Selain mengembangkan diri untuk berkiprah dalam amanat-amanat yang terangkul, celah  menebarkan manfaat luar biasa untuk menjadi elemen penting dalam siklus kehidupan di pondok ini pun terbuka. Menjadi pengajar, pengasuh bahkan pengawas kehidupan berilmu dan berdisiplin santri di pondok. Berbagai amanah yang beragam membentuk setiap pemegang amanah sebagai “stakeholder” bagi alur pelaksanaan amanahnya masing-masing setelah arahan yang tepat. Jiwa keikhlasan, kesederhanaan, berdikari, ukhuwah islamiyyah dan kebebasan menjadi dasar prilaku dalam mengabdi diiringi dengan pilar-pilar perjuangan yang kokoh selalu.

            Mengikuti alur saja tak cukup. Kesempatan yang istimewa ini tak akan menjadikanmu istimewa juga bila kau hanya mengikutinya hingga ia berakhir, tanpa inovasi. Butuh bumbu-bumbu kreativitas dan loyalitas untuk menjadikan pengabdian ini berarti, bukan hanya untuk masa sekarang namun sebagai wujud investasi kita di masa mendatang. Selalu yakin kepada Allah bahwa setiap kebaikan akan mendatang kebaikan yang berlipat.

 “Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri

(QS. Al-Isra:7)

Di era kompetisi ini, pengembangan mutu dan kompetensi adalah hal yang penting. Tak cukup dengan  itu, pemantapan mental menjadi modal  utama pembenahan diri. Disinilah masa dimana simulasi kehidupan mulai berubah menjadi realita. Bukan hanya berbaur dikalangan sebaya, namun juga  beragam pihak dengan berbagai latar belakang yang berbeda. Koneksi luas mulai terbentuk, tingkat kesulitan amanah meningkat, kesempatan terjun merealisasi aspirasi meluas, respon bertambah pesat mengarah pada wibawa yang semakin berkilau hingga terkadang tak cukup waktu untuk pengembangan “skill” pribadi. 

Di sinilah diperlukan adanya teknik pengabdian cerdas sebagai penyeimbang pengembangan diri yang nantinya akan melahirkan manusia yang amanah dengan talenta luar biasa. Mengatur waktu sebaik mungkin dengan perencanaan yang detail dan pelaksanaan nyata. Menjadikan hati nurani sebagai pengawas sejati yang memberi teguran dan dorongan ketika kita lalai dan lelah dengan bersandar hanya pada satu Dzat pemberi Rahmat yaitu Allah SWT. Saat pengabdian ini cerdas, maka tunggulah hasil tak terduga dari investasi kita yang berkualitas ini bagi masa depan kita, bukan hanya di dunia namun juga di akhirat.

Tak pernah berhenti berusaha hingga tiba saatnya wibawa itu bukan hanya sebuah pinjaman, namun milik kita yang sesungguhnya.

Community / Guru Menulis    Dibaca 1.793x


Artikel Lainnya


Beri Komentar

  • TENTANG KAMI

    Majalah condong online seputar berita dan artikel tentang kajian/dunia islam, tips & inspiration, family, event, radio online, dll.

  • CONDONG-ONLINE.COM

  • Pengunjung Website