Mengestapetkan Nilai-nilai Historitas Islam Melalui Peringatan Maulid Nabi

Penulis: Agus Riyadi, S.Pd.I

Ilustrasi: wallpaper Islami

Jika telah datang bulan Rabiul Awwal atau dikenal dengan bulan maulid, maka Umat Islam di seluruh dunia hampir dari semua kalangan menyibukan diri untuk memperingati maulid Nabi Muhammad Saw.

CONDONG-ONLINE - Peringatan tersebut terus dilaksanakan mulai awal, pertengahan hingga akhir bulan. Tetapi, ketika ditanya tentang sejarah, dalil, bahkan manfaat atau nilai dari peringatan tersebut kebanyakan dari mereka termenung berdiam sejenak, petanda memikirkan jawabanya.

Secara Historis, peringatan maulid nabi merupakan suatu tradisi yang berkembang setelah Rasulullah wafat. Hal ini terbukti jika kita menelusuri kitab tarikh (sejarah). Peringatan maulid nabi tidak kita temukan pada masa sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan empat Imam Madzhab (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad), padahal mereka adalah orang-orang yang sangat cinta dan mengagungkan Rasulullah. Mereka adalah orang-orang yang paling faham mengenai sunnah Rasulullah dan paling semangat dalam mengikuti setiap sunnahnya.

Dikutip dari berbagai sumber, peringatan maulid nabi pertama kali dirayakan oleh Sultan Salāhuddin  al-Ayyubi, beliau adalah seorang jenderal perang pejuang umat muslim yang berasal dari Tikrit Irak dan sangat ditakuti oleh tentara Salib. Kegagahan dan keberaniannya dalam memimpin perang saat itu sudah diakui oleh berbagai kalangan, baik kawan maupun lawan. Pada masa itu, sang Jenderal Sultan Salāhuddin al-Ayyubi sedang menghadapi Pasukan Salib yang datang dari seluruh benua Eropa.

Pasukan Salib datang dengan dipimpin oleh Richard yang terkenal dengan sebutan sang Hati Singa. Sultan Salāhuddin al-Ayyubi lalu menyiapkan pasukannya dan menceritakan kembali riwayat Nabi Muhammad Saw. Kisah beliau dan juga perjuangannya dalam membela agama Allah SWT banyak sekali dan juga harus diteladani. Terutama, perjuangan ketika Rasulullah melakukan peperangan melawan musuh Islam.

Sesudah menceritakan kisah-kisah Rasulullah SAW, Sultan Salāhuddin al-Ayyubi menjadikan kegiatan tersebut selaku fasilitas untuk mengobarkan semangat juang dan juga berkorban untuk menyelamatkan umat Islam diseluruh dunia. Dampaknya nampak positif dengan kemenangan Salāhuddin. Akhirnya, Sultan Salāhuddin al-Ayyubi berhasil memimpin tentara Islam memasuki Yerusalem dengan mengalahkan pasukan Salib yang dipimpin oleh Richard. Sesudah perang tersebut, peringatan Maulid Nabi Muhammad lalu diselenggarakan oleh penguasa Islam di Timur Tengah.

Ada beberapa nilai yang harus dikembangkan oleh Muslim ketika memperingati maulid Nabi Muhammad saw. Diantaranya: Pertama, Nilai Spiritual. Setiap insan muslim akan mampu menumbuhkan dan menambah rasa imannya kepada Rasulullah dengan maulid. Luapan kegembiraan terhadap kelahiran nabi saw merupakan bentuk cerminan keimanan terhadap Nabi pembawa rahmat bagi seluruh alam sebagaimana surah Yunus:58.

Kedua, Nilai Moral. Dengan menyimak akhlak terpuji dan nasab mulia dalam kisah teladan Nabi Muhammad saw dan mempraktikan sifat-sifat terpuji yang bersumber dari Rasulullah adalah salah satu tujuan pengutusannya. Dalam peringatan maulid Nabi saw, kita juga bisa mendapatkan nasehat dan pengarahan dari ulama agar kita selalu berada dalam tuntunan dan bimbingan agama.

Ketiga, Nilai Sosial. Memuliakan dan memberikan jamuan makanan para tamu, terutama dari golongan fakir miskin yang menghadiri majlis maulid sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Maha Pencipta. Hal ini sangat dianjurkan oleh agama, karena memiliki nilai sosial yang tinggi (surah al-Insan: 8-9).

Keempat, Nilai Persatuan. Ukhuwah akan terjalin dengan berkumpul bersama dalam rangka bermaulid dan bershalawat maupun berdzikir. Diceritakan bahwa Shalahuddin al-Ayubi mengumpulkan umat islam dikala itu untuk memperingati maulid Nabi saw. Hal itu dilakukan oleh panglima islam ini bertujuan untuk mempersolid kekuatan dan persatuan pasukan islam dalam menghadapi perang salib di zamannya.

Kelima, Nilai Mahabbah. Mahabbah/kecintaan kepada Rasul sejatinya harus selalu di teguhkan oleh seorang muslim. Pada hakikatnya kecintaan tersebut merupakan sebuah keniscayaan, sebagai konsekuensi dari keimanan. Kecintaan pada utusan Allah ini harus berada di atas segalanya, melebihi kecintaan pada anak dan isteri, kecintaan terhadap harta, kedudukannya, bahkan kecintaannya terhadap dirinya sendiri. Rasulullah bersabda: “Tidaklah sempurna iman salah seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada orangtua dan anaknya. (HR. Bukhari).”

Keenam, Nilai Keteladanan. Dengan peringatan maulid artinya kita diperingatkan oleh Allah untuk meneladani perilaku dan perbuatan mulia Rasulullah Saw. dalam setiap gerak langkah kehidupan kita. Allah SWT. bersabda : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab: 21)”

Ketujuh, Nilai Mujahadah. Perjuangan Rasul membela dan menyebarkan Islam harus menjadi motivasi sekaligus inspirasi dalam meninggikan Al-Qur’an (kalimatilah) dalam sebuah peradaban Islam. Sebelum Rasul  wafat, beliau  meninggalkan pesan pada umat yang amat dicintainya ini. Beliau bersabda: “Aku tinggalkan pada kalian dua hal, kalian tidak akan tersesat dengannya, yakni Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya sallallahu alaihi wa sallam” (HR. Malik)

Terdapat beberapa dalil terkait maulid nabi. Dalam sebuah hadits dikatakan: “Barang siapa yang memuliakan/memperingati hari kelahiranku maka aku akan memberinya syafa’at pada hari kiamat. Dan barang siapa memberikan infaq satu dirham untuk memperingati kelahiranku, maka akan diberi pahala seperti memberikan infaq emas sebesar gunung fi sabilillah.

Sahabat Abu Bakar Ash-Shidiq berkata: “Barang siapa yang memberikan infaq satu dirham untuk memperingati kelahiran Nabi Saw akan menjadi temanku masuk surga”. Kemudian Sahabat Umar Bin Khoththob berkata: “Barang siapa yang memuliakan/memperingati kelahiran Nabi Saw, berarti telah menghidupkan Islam”. Sedangkan Sahabat Ali Bin Abi Tholib berkata: “Barang siapa yang memuliakan/memperingati kelahiran Nabi Saw, apabila pergi meninggalkan dunia pergi dengan membawa iman”.

Melihat besarnya pahala tersebut maka banyaklah kaum muslimn muslimat yang selalu melahirkan rasa cintanya kepada Nabi dan mengagungkan hari kelahiran Nabi dengan cara-cara yang terpuji seperti pada tiap-tiap malam Senin atau malam Jum’at mengadakan jama’ah membaca kitab Al- Barzanji, sholawat maulid, dan ada pula yang menyisihkan sebagian hartanya mengadakan pengajian umum guna kepentingan memperingati kelahiran Nabi Saw. Wallahu A’lamu Bissawāb[]


Kajian Islam / Sejarah Islam    Dibaca 2.876x


Artikel Lainnya


Beri Komentar

  • TENTANG KAMI

    Majalah condong online seputar berita dan artikel tentang kajian/dunia islam, tips & inspiration, family, event, radio online, dll.

  • CONDONG-ONLINE.COM

  • Pengunjung Website